Rabu, 28 April 2021

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

 


Ki Hajar Dewantara adalah tokoh yang sudah meletakan konsep dasar pandangan filosofis pendidikan di Indonesia, salah satu yang paling terkenal adalah Patrap Triloka yang menjadi dasar kerja seorang guru melakukan pembelajaran di sekolah. Pratap Triloka ini yaitu

  1. Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan)
  2. Ing madya mangun karsa (di tengah membangun karsa/semangat/kemauan)
  3. Tut wuri handayani (dari belakang mendukung)

Seperti yang kita ketahui bersama, sekolah wajib membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan Pratap Triloka Tut Wuri Handayani (dari belakang mendukung). Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang sekolah melihat ekosistemnya: apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan. Sekolah yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan, tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan aset yang dimiliki

Sebagai seorang “pemimpin” kita sepantasnya lah harus mempunyai kompetensi dalam mengembangkan sekolah menuju potensi maksimalnya. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang “pemimpin” adalah mampu mengelola aset yang dimiliki sekolah sebagai sumber daya . Kompetensi ini sangat penting karena sekolah sebenarnya memiliki kekuatan-kekuatan atau keunggulan yang unik dibandingkan dengan sekolah lain mulai dari lingkungan, budaya, adat sekitar dan lain sebagainya. Selama ini pengelolaan sekolah sering bertumpu pada pendekatan berbasis kekurangan (Deficit-Based Thinking) dimana sekolah  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

            Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

    Sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya , kita dipandang perlu untuk memakai pendekatan berbasis asset karena pendekatan ini selalu berfokus pada kekuatan bukan pada kelemahan, membayangkan masa depan bukan berkutat pada kekurangan masa lalu ,selalu , berpikir akan kesuksesan yang akan datang bukannya selalu bertanya apa yang kurang. Semua hal itu diatas adalah alasan mengapa kita sebagai pemimpin pembelajaran harus berupaya mengedepankan pendekatan berbasis Aset (Asset – Based Thinking)

    Jika kita bisa mengelola aset aset yang kita miliki dengan baik dan maksimal maka hal ini juga akan berdampak pada proses pembelajaran siswa. Perlu diingat bahwa pembelajaran siswa bukan hanya bertujuan meraih bidang akademis saja akan tetapi potensi-potensi non akademis juga bisa dijadikan potensi untuk menumbuh kembangkan siswa. Jika kita mengelola Aset yang kita miliki baik manusia, social, budaya, lingkungan, kemitraan dan lain lain otomatis siswa juga bisa mempunyai keunggulan life skill yang sesuai dengan lingkungan dan kekhasan daerah mereka.

    Untuk mengetahui apa kekuatan-kekuatan yang kita miliki kita bisa mengobservasinya sendiri atau bisa bertanya langsung dengan cara coaching dengan berbagai pihak warga sekolah, coaching yang baik akan bisa menggali potensi atau asset yang dimiliki sekolah sekaligus menyadarkan kembali coachee akan potensi yang dimiliki sekolah dan harapannya coachee akan ikut tergerak bersama-sama untuk memanfaatkan asset yang dimiliki sekolah

    Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu :

    1. Modal Manusia
    2. Modal Sosial
    3. Modal Fisik
    4. Modal Lingkungan / Alam
    5. Modal Finansial
    6. Modal Politik
    7. Modal Agama dan Budaya

    Selama ini penulis sering menganggap sekolah perlu dikembangkan dengan pendekaatan berbasis kekurangan (Deficit Based , bahkan pemangku kepentingan pun berpikiran yang sama dan bahkan terpampang dalam papan Alur Strategi Kegiatan Kerja Pengembangan Sekolah. Akan tetapi setelah mendapatkan hal yang baru tentang pemimpin pembelajaran berbasis Aset agaknya itu patut dicoba sebagai acuan dalam pengembangan kesekolah kedepannya sehingga hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan maksimal

0 komentar:

Posting Komentar